: Disa Tannos
Di linimasa, orang-orang berbicara menggunakan ricik hujan dan
deru kendaraan. Sementara aku hanya ingin mataku jadi lampu jalan yang waspada.
Agar bibirmu menemukan jalan lapang mericik di pipiku, di hidungku, di bibirku,
di kening dan kenangku.
Seluruh ingatan tentangmu telah menyusun diri jadi bantal
guling bersampul bunga kenanga. Aku tidur memeluk penuh harum tubuhnya.
Aku ingin jadi kata yang akan dan tak akan pernah kau tulis. Kau
akan datang kepada puisi dan merasa ada satu kata yang hilang. Akulah kata itu. Akan kuhabiskan sisa usiaku berdiam di sudut pikiranmu yang
dingin dan tak tersentuh cahaya. Seluruh kata-kata di dalam kepalamu akan
membenci perangaiku. Meski sederhana saja keinginanku: Aku ingin jadi alasan kau
memikirkan dan tak berhenti menulis puisi.
Aku ingin jadi gitar yang kau pangku dan kau peluk. Atau jadi mic yang
menghirup aroma napasmu. Aku ingin kau beri nama dan kau perkenalkan. Dan,
ketika kau keliru memainkan nada atau salah menyebut lirik, aku bisa jadi
sesuatu yang mereka salahkan, bukan kau.
Sebab kau tak akan berhenti memikirkan satu kata yang hilang dalam
puisimu. Satu kata yang tak akan pernah kau temukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar